Friday, April 17, 2020

Quarter Life Crisis (Asal Mula)

Quarter life crisis. Mungkin ini gambaran tepat yang sedang ku alami saat ini. Mempertanyakan arti hidup,  Menentukan jalan hidup, Mencari jati diri. Jalan hidup seperti apa yang benar-benar ku inginkan.
Aku seorang anak tunggal, namun karena ibu dan ayahku bertemu saat duda dan janda jadi aku memiliki saudara tiri yang cukup banyak. Jadi, kalau ditanya itu ya anak tunggal rasa bungsu. Aku menjalani masa kecil layaknya orang-orang lain penuh kebahagiaan, hingga orang tuaku bercerai saat aku SD kelas 3. Hidupku serasa hancur seketika, cita-cita dan anganku terkubur saat itu. Aku memilih untuk ikut dengan ibuku karena melihat apa yang dilakukan ayahku saat itu. Ku sekilas ingat jam 3 pagi ku menguatkan ibu untuk tidak menangis dan jangan bersedih karena ayah seperti itu. Kalau dipikir pikir kukagum pada anak kecil itu, mencoba bertahan walau ia pun tahu, dia hancur. 
Lalu singkat cerita ibu memutuskan menikah lagi. Jujur saja, aku tak menyukai ide itu, namun mau bagaimana lagi, aku tak tega pada ibuku.
Walaupun begitu, ku tetap berusaha menjadi anak yang baik dan bisa dibanggakan oleh ibu. Aku tergolong anak yang pintar dan cukup terkenal dilingkungan sekolah dan rumahku. Ku lulus SMA dengan nilai yang memuaskan. Ku tak berkeinginan kuliah di kota asalku, cita-cita ku berkuliah di kampus terkenal dengan jurusan hubungan internasional ataupun ilmu komunikasi. Ku juga sempat tertarik untuk mengambil beasiswa program Sastra Korea. Namun karena terhalang dana ku urungkan semua niatku. Ku menunda kuliah ku setahun. Pada akhirnya salah seorang temanku menginfokan beasiswa dikampusnya, hingga ku putuskan untuk kuliah dikota lain walaupun bukan dengan jurusan yang ku inginkan. Aku menjalani hari-hari kuliah ku sambil kerja. Jam 08.00-17.00 aku bekerja, jam 18.00-22.00 aku kuliah. Sesekali sebagai manusia normal tentu saja aku lelah dan jenuh. Akhirnya, ku lulus kuliah dalam waktu 3.5 tahun. Dan aku tetap berada dikota itu karena aku masih bekerja. Setelah merantau 5 tahunan, ke rindu rumah. Lalu ku putuskan resign dan kembali ke kota asalku, demi tidak jauh dengan ibuku yang semakin menua. Ibuku memiliki keinginan untuk anaknya bekerja di salah satu sektor yang ada, sebut saja sektor A. Setelah 3 bulan aku dirumah saja, sektor A membuka lowongan, lalu ibuku semangat membuatku mendaftar. Pikirku, aku paling lulus administrasi saja. Lalu ternyata ku lulus tahap terakhir hingga penempatan tugas. Aku tidak dapat tugaas di kota asal, aku mendapat tugas di kota lain yang tak pernah terbayang untuk tinggal dikota ini. Jujur saja ku berat hati untuk pergi, namun ibu ku tetap memilih untuk aku berangkat. Percayalah, dari dulu aku paling tidak suka untuk berkerja di sektor ini. Sungguh pilihan buruk, namun sekali lagi ku takut mengecewakan ibuku.

No comments:

Post a Comment